Banner

Rabu, 17 September 2014

Kebaya Pernikahan dan Martumpol (Batak)

Setelah sekilas ngebahas soal gimana ribetnya acara pernikahan gue di Pernikahan Adat Batak, sekarang mau share soal baju atau kebaya. Mulai dari martupol sampai di acara pemberkatan dan resepsi.

> Martumpol (baca: Martuppol)

Martumpol ini seperti pengesahan/penandatanganan persetujuan pernikahan oleh orang tua kedua belah pihak atas rencana perkawinan anak-anak mereka di hadapan pejabat Gereja. Untuk acara ini, kita pakai nuansa ungu/lila, baik kebaya maupun kemeja laki-laki.






Pemberkatan, Resepsi dan Adat

Di pemberkatan, resepsi dan adat, baik dekorasi, kebaya dan kemeja, didominasi banget sama nuansa biru dicampur dengan warna gold dan putih. Nyokap dan mertua juga pakai biru, tapi untuk seragam adik-adik pakai seragam warna pink magenta.









Pernikahan Adat Batak (yang Unik, seru, ribet, melelahkan, dan tak lepas dari rasa syukur berlimpah)

We just got married 13 days ago. Rasa syukur yang tak henti-hentinya kepada Tuhan karena semua sudah berjalan dengan lancar sukses dan juga terima kasih kepada orang tua, keluarga dan teman serta segala orang yang sudah bekerja keras untuk membantu dalam mempersiapkan segalanya membuahkan hasil yang sungguh sangat luar biasa.

Meskipun tinggal dan kerja di Jakarta, tapi acara dilakukan di Medan, Sumatera Utara. Kehebohan uda, inanguda, tulang, bou, tante, keponakan, sepupu, seluruh keluarga yang datang dari Papua, Flores, Surabaya, Jakarta, Lampung, Samosir, dan daerah lain yang satu demi satu sudah berdatangan dan beberapa menginap di rumah sejak 1 minggu sebelum hari H jadi keseruan sendiri, karena jarak yang jauh membuat kita semua jarang berkumpul. Sangking banyaknya cerita, 10 album rasanya gak bakal cukup buat nampung semua :)

Pemberkatan
Dengan darah Batak yang kami berdua punya, tentunya adat batak harus disertakan di acara pernikahan kami. Adat di satu sisi memang merepotkan, tapi di sisi lain adat itu unik dan harus dilestarikan. Lagipula kata orang tua, kalau adat tidak dilakukan, artinya kita seperti masih ada utang dan akan berefek ketika punya anak nantinya, sehingga sekarang ataupun nanti adat tetap harus dilakukan.

Dari jam 3 pagi tukang salon dan timnya sudah datang ke rumah untuk merias ada sekitaran 20 orang. Sekitaran jam setangah 9 keluarga lelaki tiba, dan dilakukan adat sibuebuea (maaf kalau salah (: ), kalau diartikan seperti menyambut pihak keluarga laki-laki. Setelah itu sekitaran jam 10 pagi iringan langsung berangkat ke Gereja, di Gereja berfoto bersama seluruh keluarga dan pemberkatan dimulai jam 11 pagi. Sekitaran jam setengah 1 siang, iringan sudah mulai berpindah ke gedung Wisma Taman Sari Medan. Masih di pintu masuk gedung sudah mulai manortor, kurang tau apa namanya. Setelah itu harus berdiri untuk menyambut dan menyalam semua orang yang masuk. Kebayang dong, semua tamu yang masuk harus disalamin sama cipika cipiki satu persatu di pintu masuk ini. Setelah itu langsung ke lantai 2, untuk acara tamu yang nasional (resepsi). Jadi di bawah itu cuma untuk adat doang, nantinya kalau pengantin diperlukan ada petugas yang bakal manggil pengantinnya supaya turun, karena di atas juga cuma sampai jam 5 sore doang dan selebihnya dilakukan di bawah (adat). Setelah jam 5 sore inilah yang agak agaknya panjang, karena dari sinilah mulai acara memberi ulos. Keseluruhan acara selesainya sekitaran jam 9 malam.

Tamu yang dibawah
Mangulosi
Luar biasa capeknya memang, tapi memang puas sekali rasanya ketika semua tahap-tahap sudah berjalan dengan lancar. Mulai dari acara penyambutan keluarga lelaki yang datang ke rumah kami (perempuan), acara pemberkatan di Gereja, acara resepsi dan acara adat di gedung. Puji Tuhan, semua berjalan lancar dan orang yang datang melebihi prediksi dan kapasitas.