Banner

Senin, 27 Oktober 2014

Pontianak dan Singkawang, Pintu Pertamaku Menuju Pulau Kalimantan

Melirik kalender dan kemudian menyadari ada tanggal merah di bulan Oktober ini walaupun itu cuma 1 hari dan di hari sabtu pula, aku langsung merencanakan liburan dan kemudian memutuskan untuk pelesir ke kota Pontianak, Kalimantan Barat. Ini pertama kalinya aku ke Pontianak dan pertama kalinya ke tanah Kalimantan. Langsunglah pesan tiket pesawat dan FYI!, harga tiket pesawat Jakarta - Pontianak ratenya itu sekitaran 500 ribuan untuk low season, kalau high season bisa kena sampai 800 atau 900 ribuan.

Naik penerbangan malam, yang tadinya sore kemudian di delay dan akhirnya berangkat malam, perjalanan di udara sekitaran 1,5 jam, akhirnya sampai juga di Bandara International Supadio. Hmm, sedikit di luar ekspektasi. Mungkin karena sudah terbiasa dengan besarnya Bandara Soekarno Hatta, atau besarnya Bandara Kuala Namu atau Bandara Ngurah Rai, Bandara ini kecil. Hehe.

Welcome To Pontianak

Disambut tulisan "Welcome To Pontianak" plus tulisan aksara cina yang membuat aku nyeletuk dalam hati "ohh, pamtesan banyak orang Tionghoa di pesawat tadi, pasti penduduk sini dominan orang Tionghoa" dan ternyata celetukannya betul. Hehe. Setelah bertemu dengan penjemput, kita langsung cari hotel dan akhirnya menginap di Hotel Kini. Begitu pagi tiba, baru nyadar kalau di sekitaran hotel itu tempat hotel itu banyak jualan souvenir sama makanan oleh oleh khas pontianak. Gak mandi, cuma ganti baju sama cuci muka, langsung capcus keliling kota sebentar terus beli oleh-oleh. FYI again, makanan khas pontianak itu banyak yang bersangkutan sama lidah buaya, dodol lidah buaya, manisan lidah buaya, keripik lidah buaya, cokelat lidah buaya, pokoknya lidah buaya lidah buaya. Sambil beli sambil icip-icip, dan makannya enak loh, gak salah deh bawa beginian buat oleh-oleh. Gak lupa juga pilah-pilih kain tenun yang serba khas-khas.

Oleh-oleh yang seabrek
Sebelum ke Kalimantan Barat ini, aku banyak baca cerita referensi tentang Pontianak, tapi yang paling banyak itu cerita tentang panasnya. Waktu aku tanya ke teman-teman yang pernah mengunjungi maupun tinggal dan bekerja disana, semuanya serentak berkata "iya, Pontianak itu panas", Haha. And honestly, mereka benar banget. Memang panas disini, kalau kata orang sih karena pontianak itu daerah yang dilintasi khatulistiwa makanya jadi panas. Mungkin ada benarnya juga ya.

Selesai urusan oleh-oleh, kami melanjutkan perjalanan ke Singkawang. Pontianak ke Singkawang itu kurang lebih 3 jam perjalanan. Di perjalanan kami melewati Tugu Khatulistiwa yang sering dibicarakan orang dan memutuskan mampir sebentar, sebentar saja karena panas banget.


Ditengah jalan menuju Singkawang tepatnya di jalan raya Pontianak - Sungai Pinyuh kami mampir di Pondok Pengkang, yang katanya udah terkenal, lumayan sering diliput dan mmm, masuk siaran televisi (tapi aku sih belum pernah nonton, mungkin pas tayang lagi gak nonton :D). Posisi si pondok ini ada di sebelah kanan (kalau dari Pontianak) dan di tikungan. Pertama kali dengar pengkang, namanya aneh di telinga. sampai-sampai aku harus menanyakan 3 kali ke pelayannya untuk memastikan pengucapan "pengkang"ku sudah benar apa belum. haha. Jadi sebenarnya pengkang ini kalau di masyarakat awan mungkin bisa disebut seperti lemper, hanya saja pengkang ini isiannya pakai ebi. Pengkang di pondok ini disajikan dengan cocolan kerang yang disambal (kurang tau persisi apa nama masakan kerang ini). Dan ternyata rasa si Pengkang ini "endes" alias enak. Buat yang ke Kalimantan Barat ini adalah kuliner wajib coba. 

Pengkang dan cocolan Kerang Sambal
Seorang teman memberitahu sedikit, tentang singkawang. Katanya Singkawang adalah kota wisata Cap Go Meh. Jadi saat perayaan Cap Go Meh ini, semua orang Tionghoa akan berbondong-bondong ke Singkawang. Tidak hanya yang ada di Kalimantan Barat, yang dari luar daerah pun banyak yang kesini. Pernah sekali seorang teman yang kebetulan ada dinas ke Pontianak, tidak kebagian tiket pesawat lagi padahal sudah dari jauh hari di pesan. Seorang teman yang lain bercerita, mulai dari Imlek sampai puncaknya saat perayaan Cap Go Meh , Singkawang tidak tidur. Seakan kota itu tidak mampu menampung banyaknya orang yang berkunjung kesana. Bahkan saat perayaan itu, banyak orang yang rela tidur di depan depan rumah orang lain karena tidak kebagian penginapan. Banyak juga orang yang sangat jauh-jauh hari sudah memesan penginapan di hari Cap Go Meh ini (memesan untuk 1 tahun ke depan).

Berangkat siang dari Pontianak dan sampai di Singkawang sudah sore hari. Sepanjang jalan, dari dalam mobil yang aku tumpangi ini, tak jarang kelihatan kapal-kapal besar yang sedang berlabuh, kalau tidak salah seperti kapal-kapal tanker. Aku bertanya tanya dalam hati apa kapal-kapal sebesar itu tidak kandas ya? Soalnya, kalau di lihat dari sini (mobil) sepertinya jarak dari kapal ke seberang itu dekat. Tapi, kalau kapal itu ada disitu, itu artinya tidak kandas. haha. Selain kapal-kapal tersebut, pemandangan bukit yang silih berganti di kiri dan kanan dan sawah sawah pun menjadi teman yang setia di perjalanan. Di Singkawang inilah ada pantai yang di kelilingi oleh bukit. Setiap kali aku melihat pemandangan alam dimana pun itu, selalu kusempatkan mengucap syukurku kepada Tuhan dan mengagumi betapa semua sempurna di ciptakan-Nya *berdoa*.

Pagi menjelang, bangun dengan kesadaran yang masih dibawah 50% rasanya ingin saja melewatkan sarapan ini, tapi tetap saja aku melangkahkan kaki ke lantai 4 untuk sarapan di restaurant hotel. Begitu di restaurant, kesadaran langsung pulih total. Ohh Tuhan, pemandangan yang sangat indah sudah menanti cantik untuk menemani sarapan kami.

Persis di sebelah kiri kami, ada bukit indah ini yang menemani. rasanya pengen makan disini terus sepanjang hari
Aku kurang tau persis apa nama bukit ini, tapi rasanya bukit ini sangat dekat dengan posisi restaurant ini. Melihat pemandangan sebegitu indah, rasanya ingin makan disini setiap hari saja dan gak mau pindah. Semangat pagi langsung melanda untuk melaksanakan aktivitas hari ini. Segera aku berberes dan check out dari hotel, kemudian kami melanjutkan perjalanan menuju pantai Pasir Panjang.

Pantai yang benar-benar seperti namanya, pantai pasir panjanggggg

Dan ahh ~~~ itu benar-benar seperti namanya, pasir yaanggg panjang. Tanpa pikir panjang, aku dan kawan-kawan langsung nyebur dan seakan berubah jadi ikan pesut yang berenang kesana dan kesini di air laut. Haha. Di pantai ini ada penginapan buat yang mau menginap, dan fasilitas WC dan tempat bilasnya bersih. Jadi, gak bingung buat mandi dan ganti dimana. Di dekat pantai ini juga sedang dibangun wahana-wahana permainan seperti di Ancol, tapi jelas ini lebih kecil. Sayangnya, waktu yang sempit gak memungkinkan aku buat mengunjungi Pulau Randayan, karena habis dari pantai Pasir panjang, aku dan teman-teman langsung menuju ke bandara Supadio untuk kembali lagi ke Jakarta.
Quality Time
SELFIE
Overall, liburan 3 hari 2 malam di Kota Pontianak dan Singkawang ini sangat berkesan padahal aku baru pertama kali ini menginjakkan kali di pulau Kalimantan apalagi di Pontianak. Pulau Randayan, aku pasti akan mengunjungimu. Perjalanan yang belum selesai ini, pasti akan membawaku kembali ke tempat ini, untuk menikmati keindahan yang lebih lagi.